Perang Padri | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Kaum Adat | |||||||||
| |||||||||
Pihak yang terlibat | |||||||||
Perang 1803-1821: Kaum Adat Perang 1821-1833: Kaum Adat Belanda Perang 1833-1838: Belanda | Kaum Padri Kaum Padri Kaum Padri Kaum Adat | ||||||||
Komandan | |||||||||
Rajo Alam Mayor Jendral Cochius Kolonel Elout | Tuanku nan Renceh Tuanku Imam Bonjol |
Perang Padri merupakan peperangan yang pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.
Perang Padri ini terjadi pada kawasan Kerajaan Pagaruyung antara tahun 1803 hingga 1838.[1] Peperangan ini dimulai dengan munculnya gerakan Kaum Padri (Kaum Ulama) dalam menentang perbuatan-perbuatan yang marak waktu itu di kalangan masyarakat yang ada dalam kawasan Kerajaan Pagaruyung sekitarnya, seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat (opium), minuman keras, tembakau, sirih, dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan dan umumnya pelaksanaan longgar kewajiban ritual formal agama Islam.[2]
Perbedaan pendapat ini memicu peperangan antara Kaum Padri yang dipimpin oleh Harimau nan Salapan dengan Kaum Adat di bawah pimpinan Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin Muningsyah. Kemudian peperangan ini meluas dengan melibatkan Belanda.
0 komentar:
Posting Komentar